Kamis, 26 November 2020

Kecanduan

HARI-HARI belakangan ini, saya sedang agak geregetan kepada Ibu Negara. Gara-garanya ia kecanduan lagi. Rajin nonton sinetron lagi. Sesuatu yang saya tidak suka sejak dulu.

Saat hamil anak pertama dulu, ia kecanduan nonton sinetron Misteri Gunung Merapi. Saya menjadi was-was juga.  Dengan alasan, iya kalau  anak kami nanti lahir seperti Sembara, kalau lahir laksana Basir bagaimana. Kerjaannya makan melulu. Itu pun masih mending. Kalau menjadi seperti Grandong bagaimana?

Saya memang hanya bisa geregetan. Tidak lebih. Karena untuk apa kesukaannya yang tidak saya sukai itu dijadikan pemicu 'perang'? Toh Ibu Negara nonton sinetron selepas semua 'tugas kenegaraan' di sumur, dapur dan kasur telah diselesaikan dengan sempurna. Itu pertama.

Kedua: jangan-jangan sebenarnya ia juga kurang suka saat saya nonton talkshow politik yang sering mengaduk-aduk emosi saya itu. Atau saat saya nonton pertandingan tinju, atau sepakbola.

Atau juga, diam-diam saat larut malam, dan Ibu Negara sedang pulas dibuai mimpi, saya malah sedang asyik berbalas obrolan (yang sering sama sekali bukan percakapan penting dan hanya nggedabrus tentang hal remeh-temeh belaka) dengan teman lama via grup wasap. ****

Minggu, 22 November 2020

Mengintip SCTV, TVRI Zonk

SAYA tidak tahu bagaimana hawa di rumah Anda saat ini. Tapi di Surabaya, masih sumuk. Mungkin sesumuk suhu politik jelang pemilihan Wali Kota. Ah, mana ada sih urusan politik yang bikin adem. Bawaannya panas melulu.

UpsGak usahlah kita ngomongin politik. Yang pelik. Yang kadang antar tetangga, karena beda pilihan, bisa saling mendelik. Kita bicara yang ringan-ringan saja. Tentang televisi digital terrestrial. Yang bikin geregetan. Bagi yang geregetan sih. 😊

Baiklah. Kita bicara tentang SCTV dkk. Yang belum lama ini on air di kanal digital. Di kota kelahirannya. Eh, kenapa ya untuk Surabaya, si Surya Citra ini malah mengudara belakangan. Ataukah sebagai kacang sudah agak lupa pada kulitnya?

Ups, maap. Tak baik berburuk sangka. Pastilah pihak Emtek punya strategi sendiri. Punya jadwal tersendiri. Untuk menghidupkan saluran digitalnya. 

Sinyal MUX Metro,
sedang-sedang saja tapi clink. 


Bermain di kanal 29 digital (538 MHz), si SCTV menggendong si Indosiar dan O Channel. Secara power, sepertinya masih kecil pakai banget. Sehingga daya jangkaunya masih tak seberapa. Di daerah tempat tinggal saya di kawasan Rungkut, signal yang tertangkap hanya kenduk-kenduk semata. Tak lebih dari 17%. Itu pun timbul tenggelam. Menjadikan siaran tak muncul di layar kaca saya. Bersyukurlah kalau Anda bisa menangkap siarannya. Kabarnya, malah ada yang bisa menangkap di daerah Pasuruan sana.

Sinyal MUX Emtek,
masih pelit.

Mengudara dari tower Indosiar di Balongsari (bukan di menara SCTV Darmo Permai), secara jarak tak jauh berbeda dengan pemancar digital lain yang telah on air. Kalau dibandingkan dengan MUX Trans (ch. 27) kalah jauh. Signal milik Trans kenceng sekali. Pada urutan berikutnya ada MUX Metro (ch. 25) dan peringkat teratas secara kekuatan sinyal (biasanya) diraih MUX TVRI (ch. 35).

Sinyal TVRI, sedang zonk.

Kok biasanya?

Iya, karena sesaat sebelum membuat tulisan ini, ketika saya intip, sinyal dari MUX TVRI malah sedang zonk. Ada apa gerangan?

Baiklah, saya keluar sebentar. Menatap langit. Bertanya kepada mendung yang tipis belaka. Kapan hujan turun, agar hawa Surabaya tidak lagi sesumuk ini. ****