“STATUS yang dikomentari rakyat biasanya (yang)lucu atau jenius. Ini menyebabkan banyak status bertendensi melucu atau menjenius agar diperhatikan komentator. Makanya kalau status dicuekin komentator, biasanya terjadi kasus me-like atau mengomentari status sendiri. Saya menulis status ngawur saja. Mau lucu, jenius, atau idiot saya tak peduli. Ada komentar atau tidak, biarin. Dipuji atau dihina, cuek. Menulis status sebaiknya egois, ruwet, morat-marit, ugal-ugalan. Sinting aja,” begitu bunyi status Binhad Nurrohmat. Seorang teman FB saya yang lulusan Sekolah Tinggi Ilmu Filsafat Driyarkara Jakarta yang memiliki teman FB 4599 ini memang seorang penyair.
Facebook (FB), selain Twitter, memang suatu yang fenomenal saya kira. Ia bisa mengabarkan tentang apapun kepada dunia. Real time. Tak peduli sebetapa pun tak pentingnya kabar itu. Sering kita dapati status hanya berisi keluh kesah yang remeh temeh. Dan, uniknya, keluh kesah remeh temeh itu dikomentari dengan antusias. Hal sama juga terjadi pada kicauan di Twitter.
Khusus tentang FB ini, saya melakukan ‘wawancara’ dengan beberapa teman FB saya. Baik yang secara langsung memang saya sudah kenal, maupun yang saya kenal lewat FB dan kemudian menjadi akrab tetapi hanya sebatas dalam dunia maya.
Pertama-tama saya tanya apa manfaat ber-FB-ria. Tiga dari lima teman memberikan jawaban manfaat FB bisa menemukan kembali teman yang sudah puluhan tahun tidak pernah kontak. Karenanya FB menjadi sarana penyambung silaturahim yang sekian lama terputus.
Dua teman lain memberikan jawaban agak beda.
“Menyalurkan suara hati, pikiran, dan gagasan saya,” jawab Labih Basar, fesbuker yang artikelnya banyak saya temui di media cetak lokal maupun nasional kelahiran 12 Juli 1965 ini mempunyai 3234 teman.
Mohammmad Faizi, fesbuker yang praktisi pendidikan sekaligus sastrawan, mengungkapkan tujuannya ber-FB, ”Berteman secara serius, seperti di alam nyata, untuk menambah wawasan karena kayaknya lebih dari 80% saya kenal dengan teman-teman FB saya,” jawab lelaki bersahaja yang selalu memakai songkok ini. Bahkan, ketika tampil di sebuah acara sastra di Eropa beberapa bulan lalu, songkok itu nyaris tidak pernah ditanggalkannya.
Ketika saya tanya apa kriteria permintaan pertemanan yang diconfirm, lelaki kelahiran Sumenep 27 Juli 1975 yang mempunyai 2811 teman ini menambahkan, “ Tentu yang memerkenalkan diri, atau yang sudah saya ketahui kesamaan seleranya tentang suatu hal sehingga dia mengajukan alasan pertemanan. “
Jawaban yang senada saya terima dari Tia Wahyu, Marsila Saad dan Swadji. Hanya Labih Basar yang sedikit berbeda. Fesbuker yang menggauli FB sejak tiga tahun lalu ini menjawab, ” Kalau saya kebanyakan wanita. Pertimbanganya, yang banyak aktif ber-FB adalah wanita. Walau kadang soal politik mereka jarang doyan.”
“Saya suka status motivasi atau sesuatu yang boleh membuat saya berfikir dan boleh dihayati,” jawab Marsila Saad teman FB saya asal Malaysia. Perempuan kelahiran 28 Oktober ini juga merasakan manfaat lain dalam FB. Sebagai orang yang menerjuni bisnis online lewat bendera Sheen’s Collection, FB bisa dijadikan sarana promosi sekaligus menjaring customer.
Hal yang sama juga dirasakan oleh Tia Yusuf. Perempuan Sidoarjo kelahiran 17 April yang hobby design ini memang menggeluti bidang yang sama dengan Marsila. Ia mempunyai gerai di sebuah mall di kota udang Sidoarjo dengan mengibarkan Nayakah Fashion sebagai nama.
Seberapa sering main FB?
“Jarang sekali. Mungkin seminggu sekali atau dua kali. Karena saya mengelola 4 blog. Jadi, ketika online, saya tidak hanya mengurus FB,” jawab Mohammad Faizi, yang beberapa bulan lalu meluncurkan buku kumpulan puisi terbarunya berjudul Permaisuri Malam.
“Sering kalau sedang nganggur ,” timpal Tia Yusuf.
“Status yang sering mbak Tia tulis apa?,” tanya saya.
“Status macam-macam. Pengalaman pribadi, tentang anak, tentang perjalanan, tentang alam, syair lagu, ucapan teman, tingkah polah yang tak biasa. Atau sekedar iseng saja, yang tidak ada arti dan efeknya. (Pokoknya) suka suka saja.”
Menjawab pertanyaan yang sama, “Opini politik dan moral,” kata Labih Basar.
Marsila Saad menambahkan,” Saya update status dalam dua kali sehari, atau apabila ada perkara yang menarik yang ingin dikongsi. Saya sering menulis tentang masakan, atau isu semasa,” tuturnya dalam 'cakap' Malaysia.
Yang jelas,” Tergantung suasana batin,” ujar Mohammad Faizi.
Pernahkah terbersit keinginan untuk menonaktifkan akun FB secara permanen?, tanya saya.
“Tidak pernah.Tidak tahu sampai kapan,” jawab Suwaji yang bekerja di Surabaya Town Square ini.
“Tidak berpikir macam-macam. Kalau luang yang FB-an, jika tidak ya tidak,” Mohammad Faizi menjawab santai.
Labih Basar menimpali, “Tidak pernah. Dosa he he...”
Sepertinya, hanya Tia Wahyu yang mempunyai jawaban berbeda. Ia pernah ingin ‘bercerai’ dengan FB. Alasannya? “Kadang (lagi) suntuk aja , karena banyak (pesan di) inbox yang gak jelas jluntrungan nya.”
Begitulah. Ada banyak alasan orang untuk main FB. Apa alasan Anda?*****
Terima kasih, Mas Edi. Saya baru baca sekarang posting ini. Saya sudah berubah. Sekarang saya punya smartphone sehingga bisa lebih sering cek Facebook, meskipun tidak 'selalu' karena bukan BB atau Android
BalasHapus