Sabtu, 05 November 2011

Iri? Kenapa Tidak!


ADA satu sifat, yang dalam pelajaran budi pekerti yang saya terima ketika SD dulu, harus dijauhi. Salah satunya adalah sifat iri. Sifat iri (sering dijodohkan dengan dengki) adalah hal yang termasuk buruk, kata pak Damiri. Beliau adalah  guru yang pegang mata pelajaran PMP saat saya kelas lima sekolah dasar.

 Tetapi bagaimana seandainya kita iri untuk berbuat baik?

Foto saya kali ini tentu bukan jawaban atas pertanyaan diatas. Tetapi jelas ada rasa iri yang teramat sangat ditunjukkan oleh orang tua sang notaris ini. Tentu, karena saya belum pernah ketemu langsung dengan bu Iri ini, saya tidak tahu perkiraan usianya. Saya hanya mereka-reka saja. Dalam rekaan itu, jangan-jangan beliau lebih muda dan lebih cantik dari istri saya. Dan itu membuat saya iri.

Rekaan berikutnya, sepertinya orang tua beliau sangat menjiwai lagu Gito Rollies yang dulu sempat kondang.

Sepatu putih menghiasi kaki si nona
Celana jeans menemani penampilannya

Begitu sepenggal syair lagu yang dibawakan oleh si kribo yang bersuara serak-serak seksi itu. Dalam lagu itu, Bangun Sugito, begitu nama asli vokalis band The Rollies ini, menggambarkan tentang kecantikan seorang nona bernama Astuti yang memesona.

Rupanya, (ingat, ini masih dalam rekaan saya) rasa iri yang sedemikian hebatnya itu diabadikan oleh orang tuanya untuk disematkan menjadi sebuah nama. Jadilah Iri Astutiek.

Klien notaris yang memesona ini, bila iri dengan kecantikan, profesi dan gelarnya, tentu tidak dilarang turut pula menyematkannya pada nama anaknya. Tetapi risikonya nama menjadi agak panjang sedikit. Iri-nya jadi dua kali; Iri Iri Astutiek.

Sekali lagi, ini hanya rekaan saya. Saya harap sampeyan tidak iri. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar