IBARAT dalam balapan F1,
untuk jarak tempuh Surabaya-Lamongan via Manyar, Betoyo, Glagah,
Sooko, Blawi, Sambo sampai Mayong, saya tahu harus masuk pit-stop
kapan dan dititik mana saja. Karena begitu masuk Betoyo sudah tidak
ada lagi SPBU, biasanya saya mengisi bensin di Surabaya hanya lima
sampai tujuh ribu rupiah saja. Perhitungannya, nanti saya masuk
pitstop lagi di SPBU Sukomulyo; untuk full tank.
Dalam suatu ritual mudik mingguan, hari
itu (saya lupa tanggalnya) seperti biasa hendak mem-full
tank-kan tanki Honda Grand saya. Sambil antre, saya lihat ada
beberapa anak muda berpakaian necis didekat petugas SPBU. Kepada
setiap orang yang sedang mengisi bensin, saya lihat, ia selalu
menanyakan sesuatu. Karena jaraknya agak jauh dan suasana ramai oleh
deru kendaraan dijalan, saya tak tahu entah apa yang ditanyakan.
Dan baru tahu begitu saya juga
disapanya.
“Selamat siang, pak.”
“Ya, siang,” pendek saja saya
menjawab salam santunnya.
“Maaf, kalau boleh tahu, untuk motor
ini, bapak pakai oli apa?” tanya pemuda itu lagi.
Sambil mengawasi angka pada meter pompa
SPBU, saya menjawab,” Top1.”
“Selamat, pak. Karena bapak memakai
oli Top1, bapak berhak mendapatkan hadiah menarik disana,”
katanya sambil menunjuk temannya yang stand by di pintu keluar
SPBU.
Setelah proses pengisian selesai, saya
tuntun motor agak minggir didepan memberi kesempatan orang-orang yang juga antri. Saya membuka tas ransel untuk mengambil
botol minum, ketika si pemuda tadi juga mengajukan pertanyaan yang
sama kepada mereka.
“PrimaXP,” jawab seorang bapak.
“Selamat, pak. Karena bapak memakai
oli PrimaXP, bapak berhak mendapatkan hadiah menarik disana,”
katanya sambil menunjuk temannya yang stand by di pintu keluar
SPBU.
Wah, apa-apaan ini. Apapun olinya,
silakan ambil hadiah menarik disana?
Dan ketika saya dekati yang stand by
didekat pintu keluar, seorang gadis itu menyodorkan 'hadiah'
dibungkus kardus. Dari gambar luar kemasannya, saya tahu isinya
sebuah pesawat telepon. Telepon memang bisa menyambung komunikasi,
tetapi antara oli dan pesawat telepon saya tidak menemukan
sambungannya. Tetapi, namanya juga 'hadiah'. Maka, saya sahut saja.
“Tunggu dulu, pak,” cegah si gadis
itu ketika saya hendak memasukkan 'hadiah' itu ke tas saya. “Bapak
hanya perlu membayar ini seratus tujuh puluh lima ribu rupiah. Murah,
pak. Karena kami sedang promosi. Bapak akan membayar lebih mahal bila
membeli di toko...”
Sambil meminta kembali 'hadiah' yang
batal masuk tas saya, terus saja ia berkata. Tetapi terus saja saja
saya melajukan motor saya.
Kali lain, saya juga menemukan praktek
begitu. Bukan di kota pinggiran. Tetapi di sebuah SPBU di jalan
Ahmad Yani Surabaya. Saya tak habis pikir, kenapa pihak SPBU
mengijinkan mereka melakukan praktek 'penipuan' itu diareanya.
Ataukah ada setorannya?*****
Tidak ada komentar:
Posting Komentar