Selasa, 25 Agustus 2020

Blogger, Vlogger, Youtuber dan Mager

IYA, entah sejak kapan, saya suka utak-atik antena televisi. Bermula dari antena UHF biasa, beranjak ke antena wajan. Iseng saja. Suka saja. Suka lihat televisi. Walau kalau saya sedang pegang remote control tivi, si remote itu bisa-bisa kegeregetan; karena saya selalu gonta-ganti channel. Tak fanatik pada kanal tertentu. Lalu kesukaan itu saya tuang dalam tulisan. Dalam blog. Sekenanya. Semaunya. Sok jadi pengamat televisi. Karena, saya pikir, jadi pengamat televisi itu gampang. Tinggal nonton, amati, ulas, lalu posting di blog.

Ternyata saya keliru. Ternyata tidak begitu. Pengamat tivi itu kudu paham banyak hal. Bukan berdasar amatan serampangan di layar kaca belaka. Tapi juga hal-ihwal yang saling kait-mengait dalam ikatan dunia penyiaran. Undang-undang atau regulasinya, teknologinya, resolusi gambarnya. Dan sebagainya, dan seterusnya.

Dengan tahu diri bahwa saya tidak banyak tahu, maka dalam blog televisi saya itu, saya membatasi diri hanya memposting hal yang setahu saya saja. Tidak lebih. 

Awal ngeblog dulu, sekitar sebelas tahun yang lalu, saya seperti kesurupan. Entah berapa blog yang saya buat. Walau sekarang, yang saya rawat (seingatnya saja sih merawatnya 😊) hanya dua atau tiga. Termasuk ini. Yang sedang saya (atau Anda?) baca ini.

Belakangan, jarang posting artikel di blog. Sedang keasyikan main vlog. Iseng juga sih. Paling banter hanya berakhir sebagai status di WA. Atau di Instagram. Hanya berdurasi 30 detik. Atau satu menit.

Dulu, di kampung saya, ada 'orang pintar'. Seringkali, ketika ada orang kemalingan, beliau menjadi jujukan, menjadi tujuan untuk bertanya. Siapa si pencurinya, dan larinya kemana. Termasuk, ketika mencuri sedang pakai baju warna apa.

Betul. Sungguh 'pintar' orang itu. Lewat media telur ayam kampung, yang dibacakan mantra entah apa, dengan diintip oleh anak kecil yang belum baligh, yang dibawa si peminta petunjuk, konon akan terpampang jelas di dalam telur tadi siapa pencurinya dan lain-lainnya tadi.

Keluarga saya kenal baik dengan 'orang pintar' itu. Saat itu saya masih kelas satu SMP. Jaman itu belum ada HP. Sekampung, orang yang punya pesawat televisi bisa dihitung dengan jari. Jangan ditanya yang numpang nonton kepadanya. Banyak sekali. Lebih-lebih kalau pas ada siaran ketoprak, atau ada tinju. 

Dan dalam jagongan santai ketika bertamu ke rumah saya, 'orang pintar' itu berkata, tanpa telur sebagai perantara, bahwa, "Nanti, orang jarang nonton tipi. Orang akan lebih suka nonton komputer".

Saya yang numpang dengar tentu saja tidak percaya. Saat itu di kantor balai desa atau kantor kepala sekolah tidak ada yang namanya komputer atau printer. Yang ada hanya mesin ketik. Untuk mencetak, paling banter pakai stensil. Tidak ada lain.

Dan, ucapan 'orang pintar' tetangga saya tigapuluh tiga tahun yang lalu itu kini terbukti. Saya, yang senang dolanan antena parabola, ketika mendapatkan siaran tivi, malah jarang nonton tivi. Asal ketemu siaran yang dicari, ya sudah. Senang saja. Puas saja. Seperti teman saya yang suka memancing tapi tidak suka makan ikan hasil pancingannya. Begitulah.

Urusan nonton, kini pakai komputer/laptop saja. Atau pakai HP. Lihat Youtube

Di Youtube, kita (saya) bukan melulu sebagai pemirsa. Tapi dengan gampang juga bisa sebagai penampil. Perkara penampilan itu lantas ditonton atau tidak oleh pemirsa, itu perkara lain.

Saya main Youtube, sebagaimana ngeblog, juga iseng saja. Saya tidak (belum) punya konten andalan. Istri saya orang sini saja. Bukan orang Ukraina atau Jepang . Saya bukan Beni Sitanggang atau Dian Lombok. Yang makan mie instant bareng mertua saja, atau membelikan sebuah termos air kepada istri saja sudah ditonton ratusan bahkan jutaan orang. Dan dikomentari ribuan pemirsa.

Ohya, saya juga bukan Alip Ba Ta.

Saya iri pada mereka semua? Bukan. Bukaann....

Bahwa konten laik tonton (atau postingan blog laik baca) tentu harus punya keunikannya sendiri. Dan itu lahir bukan dari pantat. Tapi harus diusahakan. Otak tidak boleh mager. Otak harus digerakkan. Untuk menangkap segala hal yang berseliweran di sekitar saya. Tentang apa saja. Kemudian dituangkan menjadi sesuatu. Termasuk tulisan ngelantur ini.****

Tidak ada komentar:

Posting Komentar