SEPULANG kerja Sabtu sore kemarin (13/8),sampai dirumah anak saya memberi selembar surat kepada saya.Dari kopnya saya tahu pengirimnya;PLN.Sudah saya duga,isinya adalah tagihan kekurangan bayar bulan lalu ketika saya pakai sistem meter listrik model lama.Sebelum saya migrasi ke listrik Prabayar.Tetapi,begitu membacanya,saya tak habis pikir.Kenapa surat bertanggal 27 Juli ini baru saya terima hari ini?Padahal didalamnya tertera saya harus melunasi kekurangan biaya listrik itu paling lambat tanggal 9 Agustus.Padahal ia baru sampai ke tangan saya 13 Agustus.Padahal jarak kantor PLN dan rumah saya tak seberapa jauh.Dan banyak padahal-padahal yang lain.Intinya,saya memvonis,ada yang salah dengan alur surat ini.Lebih inti lagi,PLN masih mbulet.
Maka karena Senin kemarin tak bisa,pagi tadi saya datang ke kantor PLN.Siap dengan segala argumennya bila saya ditanya 'Mengapa baru datang ke kantor hari ini?'.Saya juga menyiapkan jurus lain bila dengan keterkambatan bayar ini saya dikenakan denda,misalnya.
Jam delapan tepat saya tiba di kantor PLN.
Masih sepi.Tidak seperti awal bulan ketika orang ramai-ramai datang membayar tagihan.Pak satpam yang biasanya stand by didekat tombol mesin antrean,tidak saya temukan ditempatnya.Atau mungkin sedang ikut memasang aneka hiasan merah-putih di halaman depan.
Saya tombol mesin sendiri.Dapat antrean nomor sepuluh di loket 2.Kesitu saya langsung menuju.
Pendek cerita,ternyata kekurangan bayar saya tidak bisa dilayani di loket itu.Tetapi,”Kedalam,pak.Ke ibu...”petugas loket itu menyebut nama seseorang yang harus saya temui di dalam ruangan.
Masuk kedalam ruangan,saya dapati para petugas sedang memulai kerja.Sebagian baru saja menyalakan komputernya.Dan ibu yang harus saya temui itu malah sedang membetulkan sesuatu di CPU-nya dibantu seorang teknisi.Saya disilakan menunggu.
Dalam menunggu itu,saya memandang sekeliling.Kabel-kabel dan stop kontak yang menempel tak rapi didinding.Oh,orang PLN saja begini,maka kalau dirumah saya kabel-kabel listrik saling silang sengkarut bin semrawut tentu tak salah.Tetapi,ada lebihnya saya perhatikan.Pada setiap meja ada cermin kecil.Pertama-tama saya maknai itu sebagai hal biasa.Maklum perempuan,dimanapun harus berdandan.Tetapi ketika saya melihat ada tulisan di daun pintu,saya jadi mafhum dibuatnya.Disitu tertulis; Layani pelanggan dengan senyum ramah.Tulisan itu bersanding mesra dengan slogan 'Layanan Bebas Suap'.
Oh,makanya perlu ada cermin disetiap meja.Agar senyumnya semakin yakin.Ya,yakin tidak ada sepotong bayam yang terselip disela gigi,misalnya.
Didalam saku telah saya siapkan sejumlah uang.Pas saja,sesuai tagihan yang tertera disurat.Saya akan ngotot tak akan mau membayar lebih dengan alasan didenda karena membayar lebih dari tanggal 9.Pokoknya saya tak mau disalahkan atas keterlambatan ini.Titik.
Tetapi,setelah surat saya serahkan,kemudian diperiksa,dan dicocokkan dengan data di komputer,
“Bapak mendapat token.”
“Saya?”tanya saya agak heran.Segala jurus penolakan yang saya siapkan tak jadi saya terapkan.
“Iya.Sesuai data kami,kurang bayar meter lama bapak sejumlah Rp.41.080.Tetapi bapak mempunyai 'Uang Jaminan Langganan' (UJL) sebesar Rp.131.300.Jadi bapak masih berhak mendapat kembalian Rp.90.220.Tapi maaf,itu tidak dapat diuangkan.Tetapi dikonversikan sebagai Free Issue Token.Nilainya 149,2 kWh,”terang ibu itu panjang lebar.
Padahal terus terang saya tak tahu itu.Dan kalaupun saya (dibohongi) harus membayarpun akan saya bayar sesuai pemberitahuan di surat,asal tak lebih.
Rasanya saya terlalu gegabah mencurigai ini-itu kepada PLN.Dan hari ini saya malah beruntung.Uang yang saya siapkan tak jadi keluar,dan malah mendapatkan token stroom senilai 149,2 kWh.Dan stroom sejumlah itu,sampeyan tahu,bisa saya pakai untuk keperluan listrik dirumah selama lebih dari sebulan.Ya,lumayanlah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar