PEREMPUAN tua.Tak terlalu tua.Mungkin 60an usianya.Bersama cucunya.Masih kecil ia,mungkin baru TK nol kecil.Keduanya berjilbab.
“Pak,lyn JTK lewat sini?”tanya itu membuat saya menginjak pedal rem saat hidung motor saya sudah masuk gang VII.
“Iya,”jawab saya berbarengan dengan tangan saya yang menarik lagi tuas gas.Gak enak,motor saya 'magak' (masuk gak,keluar gak) berhenti sementara,pagi tadi,di gang VII yang lagi sibuk menelan dan memuntahkan motor yang keluar masuk.Maklum,jam menjelang kerja.Jam berangkat para buruh pabrik,juga jam berangkat saya yang memang juga buruh.
Tetapi,belum jauh motor saya masuk,saya ajak lagi ia balik kanan.Ya,saya ingat.Saya pernah ketemu perempuan tua itu.Beberapa waktu lalu.
Kali itu di gang X.Yang juga mencegat motor saya.Mula-mula bertanya arah ke Tenggilis Mejoyo.Dan setelah saya jelaskan arah yang dituju,sekalian ancer-ancernya,perempuan tua itu menyusulnya dengan sebuah cerita.Cerita duka.Tentang kematian anaknya.Dan ia sedang mencari keberadaan menantunya.Yang sedang bekerja sebagai kuli bangunan,katanya.
“Sudah saya cari di Gunung Anyar,tetapi tak ada.Sudah pindah,kata temannya.Pindah ke Tenggilis Mejoyo,”terangnya..
Ujung-ujungnya ini;perempuan itu mengaku kehabisan sangu.Dan,saya terketuk untuk membantu.Tak banyak memang;hanya dua ribu rupiah.Cukuplah.Perkara cerita pilu itu hanya tipuan,biarlah.Tak baik menyesali sekadar selembar dua ribuan.Ikhlaskan saja.
Tetapi,pagi tadi,perempuan itu muncul lagi.
Saya dekati.Ia sedang menjual kisah sedihnya kepada seseorang,Tak laku.Mungkin hapal sudah si calon korban.Nyegat orang lain lagi.Kali ini disekitar gang V.Ya,dimulut gang V.Dapat mangsa satu-dua.Lumayan.Kalikan saja dengan dua atau tiga ribu rupiah per penyumbang.
Saya jaga jarak.Asal bisa mendengar ceritanya saja.Dan ternyata gak jauh beda.Tentang kematian.Kalau tempo hari anaknya,kali ini menantunya.Duh,sungguh pengarang yang buruk.Yang tak piawai membuat cerita baru.Tak sabar saya mendekatinya.Tentu bukan untuk menagih uang dua ribu rupiah yang saya berikan tempo hari.Tetapi,
“Kok sering kepaten sih bu?Kemarin anak,sekarang menantu,besok siapa lagi?”
Perempuan itu memandang saya.Tak berani mendekat.dan malah menjauh.Menyeberang jalan.
Menipu pun,agar meyakinkan, butuh ide yang bagus.Yang tak monoton.Seperti penipuan si 'mama yang kehabisan pulsa',atau tiada angin tiada hujan tiba-tiba ada pesan masuk ke ponsel yang mengabarkan kita 'Anda menang hadiah undian ulang tahun sebuah operator seluler,yang pengundiannya ditarik tengah malam disebuah televisi swasta',atau anjuran menyebar-luaskankan sms berisi bacaan kitab suci yang kalau tak dikirim-ulangkan ke sejumlah nomor lain bisa bikin celaka.
Membosankan.Dan entahlah apa masih ada yang kena.
Penipu memang makin pintar,tetapi kita tidak boleh kalah pintar.
Salam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar