Rabu, 15 April 2020

Belajar Lewat Televisi

SALAH satu grup wasap yang 'terpaksa' saya ikut di dalamnya adalah grup walmur alias wali murid. Awalnya, sebelum pandemi Covid-19, grup itu sebagai jembatan informasi antara kami –para orang tua-- dengan guru di sekolah. Tentang tugas-tugas yang mesti dikerjakan anak-anak dan sejenisnya. Pendek kata, ia menjadi bentuk lain dari 'buku penghubung' yang sebelumnya digunakan.

Lalu datanglah pandemi ini. Yang membuat para murid sekolah 'dirumahkan', bukan diliburkan. Iya, bukan libur. Karena saban hari tugas sekolah selalu ada. Pelajaran dan soal dibagikan lewat; ya grup wasap walmur itu. Jadilah kini, kami –para orang tua-- menjadi sejatinya guru. Dan, disadari atau tidak, kadang menjadi 'guru' bagi anak sendiri saja agak makan hati. Bagaimana dengan guru yang asli, yang mendidik bukan anaknya sendiri, yang kadang anak-anak itu nakalnya yaaa gitu deh. Baiklah, saya mesti makin angkat topi dan memberi hormat lebih tinggi lagi kepada para pahlawan tanda tanda jasa itu.

Laporan ke Wali Kelas
via foto di grup wasap.
Setelah beberapa minggu berjalan menggunakan wasap (padahal tentu tidak semua orang tua punya hape android), sejak Senin kemarin pola itu diubah. Kali ini pelajaran sekolah disiarkan lewat televisi. Menggunakan saluran televisi publik; TVRI. Yang masih hangat kabar tentang pemberhentian Helmy Yahya dari kursi dirutnya. Lalu disusul tiga direksi lainnya belum lama ini. Padahal, kata orang, siaran TVRI di era Helmy ini makin menarik. Makin banyak orang menontonnya (lagi) setelah sekian lama melirikpun tidak. Ohya, itu soal lain. Kita bahas kapan-kapan saja. Kali ini kita fokus tentang siaran pelajaran sekolah lewat saluran tivi saja topiknya.

Tentu kita ingat dulu juga ada pelajaran sekolah yang disiarkan lewat televisi. Nama stasiun tivinya; TPI, Televisi Pendidikan Indonesia.
Memakai pemancar dan kanal frekuensi (awalnya) milik TVRI. Mengudara hanya pada siang hari. Karena kalau sore hingga malam, frekuensinya dipakai yang punya: TVRI. Iya, saat itu memang TVRI hanya bersiaran sore hingga malam hari. Siangnya nganggur. Kecuali hari Minggu. Dan kemudian, kecuali juga hari libur nasional. Acara TVRI siang hari yang legend banget antara lain Album Minggu, serial Rumah Masa Depan, film Minggu Siang Litttle House on the Prairie.

Acara pendidikan pada Televisi Pendidikan Indonesia, maaf-maaf kata, saya kok tak seberapa ingat. Malah, saya lebih ingat program non pelajaran. Misal serial Mahabharata, sinetron Kedasih dan tentu saja Kuis Dangdut dengan host Haji Jaja Miharja dengan gayanya yang khas, saat akan masuk jeda iklan, bilang; apaan tuh?

Balik lagi ke kegiatan belajar #Di RumahAja gara-gara pandemi yang semoga segera pergi ini, menurut saya, tentu lebih baik dengan sistem tatap muka. Antara guru dan murid. Terlebih yang masih di jenjang sekolah dasar, seperti si bungsu saya. Tapi namanya juga program ini semacam kegiatan darurat, mau bagaimana lagi. Sekali lagi, semoga wabah ini segera berlalu. Anak-anak sudah ingin belajar di sekolah secara normal, tentu kita semua tahu itu.

Dipilihnya TVRI (karena belum tentu televisi komersial mau) adalah sebuah keniscayaan sebagai televisi publik. Namun, beberapa orang tua murid di grup wasap dimana saya tergabung di dalamya, mengeluhkan kualitas gambar TVRI yang tidak jelas.  Kepyur. Kecuali yang berlangganan pay tv. Kecuali yang sudah punya tv digital terrestrial. Kecuali yang kebetulah orang tuanya tracker satelit atau paling tidak punya tv satelit gratisan macam Palapa-Telkom atau paling tidak Ninmedia.

Ohya, bisa juga kok nonton TVRI pakai streaming. Iya, tapi itu butuh paket data internet, Boskuh. Dan tidak semua orang punya. Lebih-lebih di situasi begini. Di saat 'wabah' PHK dan ekonomi sulit sudah mengintip. Saat ketika mengisi perut lebih penting dari mengisi paket data internet. Ingat, menonton Tik-Tok seharian tidak bisa bikin kenyang perut, Jum.*****

Tidak ada komentar:

Posting Komentar