Karena, kalau saya sih, sasaran tembak pihak yang akan saya sahabat penai (?!), tentu yang fotonya syantik. Walau bisa jadi si syantik yang ngakunya bernama Rida itu sejatinya adalah Rudi.
Saya ikutan teman yang lebih dulu punya hobby surat-menyurat. Dari yang semula heran buat apa beli perangko dan kertas Harvest (yang aroma wanginya gak bisa ditiru oleh media daring sekarang), lalu girang bukan kepalang saat Pak Pos datang mengantar surat balasan, eh saya malah ketularan.
Dan waktu itu, sahabat pena itu sedemikian digandrungi. Sampai ada lagunya segala. Boy Sandi atau Mukhlas yang nyanyi, lupa saya.
Dari sekian sahabat pena saya, ada 'kera Ngalam' yang kemudian relatif lebih akrab dibanding yang lain. Tulisannya bagus, kalimatnya sering puitis. Jan, pokok'e 👍.
Terbilang lama kami secara intens saling berkirim surat. Dan secara khusus dia manggil saya dengan E'ed. Ah, saya langsung ingat Eeng Saptahadi yang main jadi menantunya Bu Broto dalam serial Losmen di TVRI.
Kenapa kami bisa lama bersahabat pena? Ya karena kami tidak saling tahu foto kami. Oh iya, dia saya kirimi surat duluan gara-gara saya pernah baca surat untuk teman saya. Iya, saya iseng baca, dan kok nama dan juga tulisan tangannya 'masuk'. Jadi bukan dari hasil lihat di koran Minggu. Entah darimana pertama kali teman saya tahu alamat arek Malang itu.
Sampai kemudian dia maksa pingin tahu foto saya. Walau waktu itu saya yakin ganteng, sebagai balasan malah saya sertakan guntingan gambar kucing yang saya ambil dari majalah. Sambil sewot, di balasan surat berikutnya ia mengirim foto diri duluan. Dan benarlah kecurigaan yang diam-diam saya pendam, bahwa ia ternyata adalah....****
Tidak ada komentar:
Posting Komentar