Ilustrasi gambar: google |
Saya harus diet!
Dasar saya ini tidak
terlalu pintar, yang saya tahu tentang diet adalah mengurangi porsi
makan. Dari yang biasanya setiap makan nasinya sepiring munjung,
kini cuma sepertiganya saja. Yang penting sayur, yang penting buah.
Untuk sayur, tidak terlalu ada masalah; di depan rumah ada pohon
turi, yang tiada lelah berbunga saban hari. Untuk buah, ada sih
pohon belimbing yang sudah mulai berbuah, tapi ya itu, buahnya
kunthing, kecil-kecil. Padahal, di lemari es, dominasi isinya
adalah air dan es belaka. Buah seperti apel, jeruk dan lainnya, cuma
kadang-kadang saja menghuninya, hanya di tanggal muda.
Pendek cerita, sejak saya
tahu bobot saya segitu, saya melakukan pengurangan porsi makan. Dan
dua hari berselang, ketika ke Male Spa lagi, saya melakukan
timbang badan. Hasilnya; pada display tertera angka: 72,4 kgs.
Wah, hebat ini, berhasil ini diet saya. Dalam hitungan saya, kalau
dua hari saja turun dua kilo, dalam sepuluh hari berat badan saya
bisa tinggal limapuluh sekian kilo. Atletis banget. Dan untuk
membentuk perut ini menjadi sixpack, tinggal rajin nge-gym
dan olahraga lainnya. Itu tak terlalu sulit, saya kenal baik
instruktur gym di tempat saya kerja ini.
Tahu hasilnya signifikan
begitu, saya makin semangat melakukan diet. Suatu sore, saya makan
nasi dua sendok saja, tetapi sayur eseng-eseng kembang turinya segunung.
Hasilnya luar biasa: jika biasanya saya BAB jam setengah lima pagi,
kali itu jam dua dini hari sudah harus berlari ke belakang,
masur-masur. Buang hajat dengan tanpa ngedan karena isi perut
langsung mengucur begitu saya dalam posisi. Ya, saya mencret!
Pagi, mampir ke ruang
marketing dan mendapati alat timbang badan di sudut ruang.
Teman-teman marketing dan accounting yang cakep-cakep dan bertubuh proporsional
walau saya lihat suka ngemil itu, ternyata selalu mengontrol berat
badan mereka. Iseng, saya numpang timbang badan di situ.
Alhamdulllah, berkat 'murus' semalam, bobot saya menjadi 70, 2 kilo.
Sorenya, sepulang kerja
saya ke apotek membelikan sirup obat batuk-pilek untuk si bungsu.
Setelah mendapatkan obat yang saya maksudkan, sebelum pulang, begitu
mata ini melihat ada alat timbang badan di sisi sudut selatan, saya
nunut timbang. Hasilnya: jarum menunjuk angka 65 kilogram!
Besoknya, di tempat kerja,
saya niat menuju timbangan digital tempat saya timbang kali pertama.
Saya menemui teman yang sedang incharge di Male Spa,
“Timbangan ini akurat?” tanya saya.
“Oh, itu sudah lama rusak,” katanya datar.
“Oh, itu sudah lama rusak,” katanya datar.
Uh, dasar! Dan lagi,
jangan-jangan timbangan di ruang marketing dan di apotek itu juga
sudah seperti omongan para pendusta; tak bisa dipercaya. *****
Tidak ada komentar:
Posting Komentar