Minggu, 18 Oktober 2015

Lidah Korea dan Soto

AWALNYA saya duga usianya baru akan menginjak kepala lima. Ya, kulitnya masih terawat, seterawat bibirnya yang murah senyum. "Saya di Indonesia ini, kalau dihitung, sudah empat puluh tahun," katanya dengan bahasa Indonesia yang terasa ada terselip aksen Koreanya.

Mrs Lee, begitu saya mengenal namanya. Kami bicara sambil disuguhinya minuman dingin yang saya rasakan sebagai, "Ini jus asam ya?" tanya saya setelah seteguk masuk ke kerongkongan dan saya mengenalinya sebagai berasa asam Jawa.

Si Nyonya Rumah tersenyum ramah kemudian mengambil botol dari lemari esnya, "Ini anggur," katanya. "kami di Korea memang tak suka pakai gula."

Cukup ada alasan untuk saya merasa malu atas kekeliruan itu seandainya saya tidak menyengajainya sebagai 'modus' supaya kami bisa bicara lebih akrab lagi. Dan saya mendapati, entah karena trik itu atau memang si Nyonya isi aslinya memang grapyak semanak, kami kemudian bisa lebih santai lagi bicara-bicara.

"Mula-mula saya ke Indonesia ini di Sumatera Utara," ia bercerita. "Tepatnya di Sibolga."

"Lalu?" ibarat memancing ikan, saya sedang menggunakan umpan sederhana saja.

"Tujuh tahun kemudian pindah ke Kalimantan, tepatnya di Tarakan. Dan baru mulai tahun 1990 kami menetap di Surabaya ini, sampai sekarang."

Saya melirik rak di bawah meja. Selain buku-buku berbahasa/berhuruf Korea, saya dapati pula koran harian berbahasa Indonesia. Hampir setengah abad tinggal di Indonesia, mafhum saja kalau lidahnya fasih sekali berbahasa Indonesia. Bagaimana dengan makanan?

"Kalau kimchi sih pasti ya," ungkapnya. "Itu sejenis menu pecel atau lodeh bagi orang Jawa. Sudah tak terpisahkan."

"Maksud saya, maaf, apa lidah Anda sudah bisa makan makanan Indonesia?" tanya saya.

"Oh, soto. Saya suka sekali soto," katanya dengan ekpresi kemecer, kemudian tertawa. "Lalu masakan Padang saya juga suka."

"Suka sambal terasi?"

"Suka, karena di Korea tidak ada. Disana adanya lombok merah yang besar itu." terangnya. "Nah, lombok merah itu dikeringkan, lalu dibuat bubuk. Kalau lombok Indonesia, yang kecil-kecil itu, pedas sekali. Tetapi saya suka."

"Selain Nyonya, keluarga yang lain juga suka makanan Indonesia?"

"Anak saya kan besar disini. Belum lama ia menikah dan sekarang tinggal di Korea,"  Mrs Lee bercerita, "kalau sedang kangen soto sedangkan di Korea menu itu tidak ada, anak saya itu minta dikirimi bumbu soto dari sini. Lucu ya? Saya sendiri juga begitu; sebulan saja kembali ke Korea, sudah rindu sekali dengan soto," lanjutnya sambil tertawa. *****



1 komentar: