 |
Pembagian takjil gratis.
Sumber foto: kaltim.tribunnews.com |
DALAM berlalu lintas, sebisa
mungkin saya mematuhi segala peraturan. Misalnya, saya akan
menyalakan lampu sein untuk minggir bila ponsel di saku baju saya
rasa bergetar. Saya termasuk yang belum mempunyai keberanian untuk
membalas telepon (apalagi SMS) sambil mengemudi begitu. Saya merasa
belum mahir betul membagi konsentrasi antara mengemudi sekaligus
sambil mengetik pesan singkat pada
keypad ponsel. Alasannya
itu saja. Bukan takut kena denda sesuai UU lalulintas yang mengenakan
denda sekian ratus ribu rupiah bagi yang bertelepon sambil berkendara
begitu. (Dan, setiap hari, selalu saja saya temui perilaku pengendara
yang begitu. Dan, sejauh ini, belum pernah saya mendengar ada yang
telah didenda atas kenekatannya itu).
Tentu aturan lalu lintas tidak hanya
itu. Ada banyak. Termasuk ini; karena tunggangan saya adalah roda
dua, sejak dua tahun terakhir ini digalakkan agar kami menyalakan
lampu utama di siang hari. Juga, kami mendapat lajur tersendiri.
Lajur kiri.
Semua peraturan itu, sekali lagi, saya
selalu berupaya mematuhinya. Termasuk yang harus menggunakan lajur
kiri. Dan selama Ramadhan ini, setiap sore, saya makin khusuk mematuhinya. Pertama, ya karena memang peraturannya begitu. Kedua,
karena pembagian takjil gratis selalu berada di kiri jalan. Dengan
berkendara di lajur kiri, kemungkinan untuk ketiban rezeki takjil gratis
makin terbuka lebar. *****
sangat senang karena ada kedisiplinan yang kuat pada pertakjilan :-))
BalasHapusHehe....
HapusSeNNang saya memang.