Rabu, 02 Mei 2012

Ketabrak Roda

KALAU memang sudah banyak omong (dan akal), ada saja ucapan supaya terdengar gagah. Ketika kecelakaan, misalnya. Pernah saya dengar seorang teman dengan bangga bercerita dirinya bisa selamat dari kecelakan motor. Sekalipun tunggangannya remuk, tetapi ia bisa masih segar bugar karena, “Untung aku masih sadar dan sempat salto...”

Dengarlah. Itu bisa jadi benar. Tetapi bisa juga diragukan pengakuannya. Antara terlempar dan salto memang ada persamaannya. Sama-sama 'mencelat'. Tetapi ada pula perbedaannya. Salto itu 'mencelat' yang direncanakan. Yang dilakukan dengan sadar dan dengan ilmu tertentu. Sedangkan terlempar, ya terlempar saja. Mencelat semencelat-mencelat-nya.

Sudahlah. Kalau ada yang masih dengan bangga mengatakannya, dengarkan saja. Jadilah pendengar yang baik, yang tidak membantah ucapannya. Agar ia merasa gagah. Beres.

Minggu kemarin, saya mendapat kabar, Dayat (dia ini masih mambu saudara dengan saya), kecelakaan. Motornya hancur, begitu menurut kabar yang saya dengar. Tetapi ia selamat.

Mengetahui itu, saya segera menghubungi ponselnya.
Saya bersiap mendengar bualannya, sebenarnya. Sekaligus cerita lucu darinya. Ini masuk akal. Karena, bukankah buah jatuh selalu tak jauh dari pohonnya. Dan saya yakin ia mewarisi jiwa seni bapaknya. Betul, almarhum bapaknya adalah seniman (baca: dagelan) ludruk. Maka, kalaulah kemudian si Dayat ini sering berbicara out of the box (semoga istilah ini tidak keliru. Hehe...), ya memang begitulah isi otaknya.

“Hei, kudengar kamu kecelakaan. Dimana?” sembur saya begitu ia menyahut 'halo'.

“Ya begini ini kalau selebritis. Berita itu langsung tersebar,” koarnya cengengesan. “Sampeyan dengar dari siapa?”

Kampret! Ia malah balik nanya.

“Aku baca di internit,” jawab saya sekenanya disusul tawanya yang menjengkelkan. “Aku serius ini, bagaimana kronologis kecelakaan yang menimpamu itu?”

Syukurlah, jiwa kampretnya hilang. Saya tanya begitu, lewat intonasi suaranya, ia saya dengar kemudian menjawab serius. “Begini, aku tidak terlibat kecelakaan secara langsung sebenarnya. Yang terlibat adalah dua sepeda motor di belakangku. Aku hanya kepencelatan rodanya...”

Wih, pastilah itu kecelakaan yang fatal. Saya membayangkan betapa kerasnya benturan sampai-sampai rodanya terlepas dan mengenai Dayat. “Jadi kamu hanya ketabrak roda?!” saya bertanya menegaskan.

“Iya. Dan kebetulan roda itu masih mengajak pula body sekalian mesin motornya” katanya dengan nada menang telak.

Kampret, kampret.....*****.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar