Minggu, 16 Maret 2025

Catatan Ketjil Masa Ketjil

TIGA hari terpaksa mokel tidak puasa karena sakit, kok tiba-tiba hari ini pingin nulis di blog ini. Mungkin ini sebentuk pelampiasan saja. Dari rutinitas bikin pidio untuk YouTube. Sekaligus sebagai tolok ukur, apakah jari-jari saya yang sesekali sudah minta suplemen vitamin B-12 ini masih bisa menari menuliskan kata-kata di tengah kemanjaannya mengonsumsi Neorobion Forte. 

Tadi malam mimpi ketemu mas Wahyu Kokkang juga mas Budiono. Barusan membaca postingan Mas Wahyu tentang 5 hal yang sudah jarang anak zaman sekarang bisa melakukannya. 

Alhamdulillah, kami sebagai anak ndeso cukup lihai melakukannya. Dulu kami semua bisa melakukannya. Bahkan untuk mendeteksi buah nangka yang masuk kategori colongable, kami cukup melempar batu dan bila si nangka berbunyi buk dengan tingkat ngebas yang pas, kami sudah bisa mengambil kesimpulan; bisa langsung dieksekusi nanti malam atau dua hari lagi. 

Begitulah, perkara kudapan kami tak pernah merasakan kesulitan. Ada saja tersedia di sekitar. Tentu kudapan itu kudapat lewat jalur gelap. Lha memang masih zaman kegelapan. Aliran listrik belum masuk ke kampung kami. 

Suatu malam kami santri yang sdh cukup umur mendapatkan titah dan amanah untuk menjaga tanaman buah semangka di sawah pak Kyai. Sebuah kehormatan, tentu saja. Kami akan jaga jangan sampai buah semangka yang sdh waktunya panen itu diambil secara diam-diam boleh maling. Hal lain yang juga dipertimbangkan oleh kyai Masi paling tidak, semaling-malingnya santri, tentu tidak akan nyolong punyanya si kyai. 

Di hari kedua hendak berangkat berjaga di sawah, kyai Madi membatalkan perintah. Karena, "Kalian memang tidak mencuri semangkaku, tetapi pemilik tanaman mentimun di sawah sebelah mencurigai kalian telah memakannya semalam.... "

Bersambung...