Jumat, 20 September 2013

Jokowi dan Kontroversi Hati



"LIHATLAH, Kang," kata Mas Bendo, "sebagian besar yang sudah ancang-ancang nyapres nanti salah satu senjatanya karena punya media."

"Iya, ya, nDo," sahut Kang Karib, "itu, si ARB, tak terhitung saban hari iklannya di TV-nya sendiri."

"Wiranto-Hary Tanoe sepertinya juga memanfaatkan betul jaringan MNC."

"Ada lagi, Kang," setelah nyruput kopi buru-buru Mas Bendo menimpali, "menurut pengamat, salah satu kandidat kuat Demokrat pada konvensi yang sedang digelar adalah Dahlan Iskan. Dia itu juga juragan media, Kang. TV lokalnya banyak, media cetaknya apalagi. Dan, kalau nanti Nasdem pada pemilu legislatif memperoleh suara yang signifikan, dan karenanya juga punya hak mengajukan capres sendiri, bukan tidak mungkin Surya Paloh akan memanfaatkan MetroTV sebagai 'kendaraan politiknya'."

"Namun harus dicatat," Kang Karib bicara sok pengamat, "sebagai tolok ukur elektabilitas mereka semua saat ini adalah Jokowi. Sekalipun PDIP belum secara terang benderang mendeklarasikannya sebagai capres, di kandang banteng moncong putih sekarang ini belum ada tokoh yang bisa menandingi Jokowi. Megawati sekalipun."

"Lalu adakah hubungannya Jokowi dengan para juragan media yang ngebet nyapres, Kang?"

"Jelas ada, nDo," mantap Kang karib menjawab. "Bagi para juragan media itu, sosok Jokowi sungguh bisa menimbulkan kontroversi hati. Setiap gebrakannya dalam membenahi Jakarta; tidak diberitakan itu adalah berita bagus, tetapi bila diberitakan pada media para capres itu, elektabilitas Jokowi makin melambung yang bisa membuat para juragan media itu makin ketinggalan kereta mengejar kepopuleran Jokowi." *****

Tidak ada komentar:

Posting Komentar