Seperti biasa, ketika itu, setelah sarapan di warung yang memakai sistem pasca bayar (maksudnya ngutang dulu untuk dibayar kemudian kalau sudah gajian), kami selalu membungkus satu lagi sebagai jatah makan siang. Karena, setelah bekerja, kami merasa malas jam duabelas siang harus turun ke warung untuk makan siang. Solusinya ya itu tadi, bawa nasi bungkus.
Hal itu pula yang dengan istiqomah dilakukan Suwaji, begitu nama sahabat saya yang asal Jombang, Jatim ini. Tetapi karena model rambut dan kulit yang hitam (ada manisnya sih, tetapi sedikit...) ia lebih beken dengan nama panggilan Ambon. Hal itu pulalah yang membuatnya enggan menyebut nama aslinya ketika diajak berkenalan dengan orang baru. Karena, ujung-ujungnya, kalau sudah akrab, tetap saja ia dipanggil Ambon. Sudahlah; apa arti sebuah nama, kata Shakespeare.
Untuk menyimpan nasi bungkus itu, biasanya kami taruh disembarang tempat. Intinya di unit mana kami bekerja, didekat situlah si nasi 'duduk manis'.
Pagi itu, setelah meletakkan nasi bungkusnya, si Ambon mulai menyiapkan alat-alat kerjanya. Bersiap melaksanakan tugas. Mengecat. Disaat itu, tiba-tiba muncul teman lain. Sutris namanya. Di tempat kerja ini ia termasuk rajin. Maksudnya rajin menjaili teman. Tetapi pagi itu rupanya ia sedang baik hati. Tidak seperti biasanya, ia membuka nasi bungkus didepan Ambon. Dan mengajaknya sarapan bareng.
Ambon, yang memang masih 'semego', ho-oh saja diajak makan sebungkus berdua. Hitung-hitung sebagai sarapan kedua. Karena, sebagai kuli bangunan seperti kami, untuk sekadar makan saja, memang harus matang hitungannya. Jangan sampai ketika gajian tiba, duit hanya habis untuk membayar hutang makan diwarung.
Lepas makan, Sutris dan Ambon bekerja seperti biasa. Hal yang tak biasa justru terjadi saat jam istirahat tiba. Disaat yang lain mengeluarkan nasi bungkusnya masing-masing, si Ambon malah masih sibuk mencari bekalnya. Yang ternyata telah raib dari tempat ia menyimpannya.
Melihat hal itu, si Sutris malah cengengesan. Dan, mulailah segala tuduhan dialamatkan kepadanya.
"Tris, kamu sembunyikan dimana nasiku?" tanya Ambon.
"Siapa juga yang menyembunyikan nasimu." bantah Sutris. "Wong nasi sudah dimakan kok dicari."
"Jadi?!"
"Iya, yang tadi kita makan bersama sebagai sarapan kedua itu lak nasimu..." celetuk Sutris.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar