SALAH satu grup wasap yang 'terpaksa' saya ikut di  dalamnya adalah grup walmur alias wali murid. Awalnya, sebelum  pandemi Covid-19, grup itu sebagai jembatan informasi antara  kami –para orang tua-- dengan guru di sekolah. Tentang tugas-tugas  yang mesti dikerjakan anak-anak dan sejenisnya. Pendek kata, ia  menjadi bentuk lain dari 'buku penghubung' yang sebelumnya digunakan.
Lalu datanglah pandemi ini. Yang membuat para murid sekolah  'dirumahkan', bukan diliburkan. Iya, bukan libur. Karena saban hari  tugas sekolah selalu ada. Pelajaran dan soal dibagikan lewat; ya grup  wasap walmur itu. Jadilah kini, kami –para orang tua--  menjadi sejatinya guru. Dan, disadari atau tidak, kadang menjadi  'guru' bagi anak sendiri saja agak makan hati. Bagaimana dengan guru  yang asli, yang mendidik bukan anaknya sendiri, yang kadang anak-anak  itu nakalnya yaaa gitu deh. Baiklah, saya mesti makin angkat  topi dan memberi hormat lebih tinggi lagi kepada para pahlawan tanda  tanda jasa itu.
|  | 
| Laporan ke Wali Kelas via foto di grup wasap. | 
Tentu kita ingat dulu juga ada pelajaran sekolah yang disiarkan lewat  televisi. Nama stasiun tivinya; TPI, Televisi Pendidikan  Indonesia. 
Memakai pemancar dan kanal frekuensi (awalnya) milik  TVRI. Mengudara hanya pada siang hari. Karena kalau sore  hingga malam, frekuensinya dipakai yang punya: TVRI. Iya, saat  itu memang TVRI hanya bersiaran sore hingga malam hari.  Siangnya nganggur. Kecuali hari Minggu. Dan kemudian, kecuali juga  hari libur nasional. Acara TVRI siang hari yang legend  banget antara lain Album Minggu, serial Rumah Masa Depan,  film Minggu Siang Litttle House on the Prairie.   
Acara pendidikan pada Televisi Pendidikan Indonesia, maaf-maaf  kata, saya kok tak seberapa ingat. Malah, saya lebih ingat  program non pelajaran. Misal serial Mahabharata, sinetron  Kedasih dan tentu saja Kuis Dangdut dengan host  Haji Jaja Miharja dengan gayanya yang khas, saat akan masuk jeda iklan, bilang; apaan tuh?
Balik lagi ke kegiatan belajar #Di RumahAja gara-gara pandemi  yang semoga segera pergi ini, menurut saya, tentu lebih baik dengan  sistem tatap muka. Antara guru dan murid. Terlebih yang masih di  jenjang sekolah dasar, seperti si bungsu saya. Tapi namanya juga  program ini semacam kegiatan darurat, mau bagaimana lagi. Sekali  lagi, semoga wabah ini segera berlalu. Anak-anak sudah ingin belajar  di sekolah secara normal, tentu kita semua tahu itu.
Dipilihnya TVRI (karena belum tentu televisi komersial mau)  adalah sebuah keniscayaan sebagai televisi publik. Namun, beberapa  orang tua murid di grup wasap dimana saya tergabung di  dalamya, mengeluhkan kualitas gambar TVRI yang tidak jelas.  Kepyur. Kecuali yang berlangganan pay tv. Kecuali yang sudah punya tv  digital terrestrial. Kecuali yang kebetulah orang tuanya tracker  satelit atau paling tidak punya tv satelit gratisan macam  Palapa-Telkom atau paling tidak Ninmedia.
Ohya, bisa juga kok nonton TVRI pakai streaming.  Iya, tapi itu butuh paket data internet, Boskuh. Dan tidak  semua orang punya. Lebih-lebih di situasi begini. Di saat 'wabah' PHK  dan ekonomi sulit sudah mengintip. Saat ketika mengisi perut lebih  penting dari mengisi paket data internet. Ingat, menonton Tik-Tok  seharian tidak bisa bikin kenyang perut, Jum.*****
Tidak ada komentar:
Posting Komentar